Total Tayangan Halaman

Rabu, 03 Desember 2014

PERKEMBANGAN PEMEROLEHAN BAHASA EMOTIF PADA BAYI

Bayi adalah manusia kecil  yang secara  kasat mata terlihat lucu, imut, unik dan menggemaskan dengan tingkah geraknya yang ekspresional. Sebagian dari kita menganggap bahwa bayi yang berusia 0- 1 bulan belum bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Ia hanya bisa bergerak menggerakkan sebagian anggota badannya ketika mendapat rangsangan dari orang lain seperti halnya menangis, tersenyum, menggeram dan lain- lain. Pernyataan itu sebenarnya kurang benar dan tepat, justru dengan tangisan, senyuman dan geraman tersebut menunjukkan bahwa bayi sudah bisa berkomunikasi dan berbahasa melalui ekspresi muka, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonverbal lainnya.
 Pada dasarnya manusia mulai dari lahir sudah memiliki bahasa yang sumbernya berasal dari Tuhan yang dikenal dengan teori Tauqifi. Teori tauqifi adalah teori yang meyatakan bahwa bahasa itu merupakan pemberian dari Tuhan (Allah). Adapun Pemberian itu  berupa potensi dan kemapuan yang perlu diasah dan dikembangkan. Tanpa usaha tersebut potensi dan kemampuan tidak bisa berkembang untuk diperformenkan atau ditampilkan. Bekal kodrati pemberian Allah lah yang membuat manusia di manapun berada memakai strategi yang sama dalam memperoleh bahasa.
Bayi yang merupakan manusia kecil yang belum tahu apa- apa dengan mendapat bekal qadrati tersebut sudah memperoleh dan memiliki bahasa yang berupa simbol- simbol atau isyarat-isyarat yang diekspresikan ketika ia merasakan sesuatu atau menginginkan sesuatu. Bahasa- bahasa yang dimiliki bayi menurut penulis masuk dalam kategori bahasa emotif, yaitu bahasa yang diungkapkan untuk mewakili perasaan terdalam dari diri manusia (didapat dari materi kuliah filsafat bahasa). Penulis berpendapat demikian, karena seorang bayi yang belum tahu apa- apa, yang ia tahu hanyalah apa yang ia rasa kemudian dituangkan dalam bentuk simbol- simbol atau isyarat- isyarat, sehingga dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai bahasa emotif. Fungsi ini penulis ambil dari salah satu fungsi bahasa menurut Titus, Smith dan  Nolan yaitu sebagai fungsi emotif.
Bahasa emotif pada bayi diperoleh sebelum ia dilahirkan di dunia ini. Bahasa emotif tersebut masih berwujud simbol- simbol atau isyarat- isyarat yang berupa gerakan- gerakan yang terjadi dan dirasakan pada ibu hamil. Dari artikel yang penulis baca dikatakan bahwa  bahasa emotif yang berupa gerakan- gerakan pada bayi terlebih dahulu diperoleh melalui proses “pemahaman atau understanding”. Yang dihasilkan dari ritme musik atau lagu- lagu, tilawah al-Qur’an, bunyi- bunyi dan lain sebagainya, yang sengaja ibu perdengarkan untuk sang janin ketika janin memasuki usia 25 minggu. Pada fase terakhir kehamilan, sang janin sudah dapat membedakan suara yang berbeda-beda. Dari sinilah awal proses belajar pemerolehan bahasa pada bayi yang masih berada di dalam janin.
Pemerolehan bahasa emotif pada janin yang berupa isyarat- isyarat gerakan yang dirasakan seorang ibu terjadi karena terdapat rangsangan dari luar. Rangsangan- rangsangan tersebut langsung berpengaruh pada janin, karena sifatnya yang peka dan sensitif.  Secara tidak langsung bahasa emotif yang ada pada janin terus berkembang sampai ia lahir. Perkembangan tersebut seperti yang penulis contohkan di atas, yang berupa simbol- simbol atau isyarat yaitu bayi akan menangis ketika membutuhkan sesuatu seperti halnya merasa lapar, haus, takut dan bosan, akan tertawa dan tersenyum ketika merasa terhibur. Selain itu, ia juga akan  dapat menghubungkan suara dengan objek tertentu dengan gerak badan. Dan pada tahap ini  mereka sudah mulai bisa berkomunikasi aktif dan dapat mengasosiasikan pola suara dengan suatu benda serta pola suara dengan gerak tubuh.
Adapun perkembangan dan pemerolehan bahasa emotif bayi dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Ketika usia 4– 7 bulan bayi mulai memakai ocehan- ocehan dan mengombinasikan beberapa huruf hidup dan mati, misalnya ketika ia merasakan marah dan jengkel, ia akan berteriak sambil menggerak- gerakkan sebagian anggota tubuhnya. Dan ketika ia santai, ia akan mengeluarkan ocehan seperti nanana, mamama, papapa dan sebagainya. Selain itu, ia juga sudah mulai merespon saat diajak berbicara langsung dan semakin paham dengan berbagai nada suara seperti suara terkejut, senang, serius, dan lainnya.
Bahasa emotif bayi akan selalu berkembang dan diperoleh bayi dengan bertambahnya usia dan perhatian khusus dari orang tua. Orang tua harus selalu melatih dan mengajarkan kata- kata yang sesuai dengan tahapan atau fase sang bayi, karena sifat bayi yang masih sangat sensitif dan suka meniru apa yang diajarkan dan ada di lingkungan sekitar.

Referensi:
Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010.
www. informasitips.com, diunduh kamis, 23 oktober 2014, Pukul 16.20.

Jasirah, Makalah Hasil Laporan Pengamatan Bahasa Anak, Ttt. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar