Bayi adalah
manusia kecil yang secara kasat mata terlihat lucu, imut, unik dan
menggemaskan dengan tingkah geraknya yang ekspresional. Sebagian dari kita
menganggap bahwa bayi yang berusia 0- 1 bulan belum bisa berkomunikasi dengan orang-orang
di sekitarnya. Ia hanya bisa bergerak menggerakkan sebagian anggota
badannya ketika mendapat rangsangan dari orang lain seperti halnya menangis,
tersenyum, menggeram dan lain- lain. Pernyataan itu sebenarnya kurang benar dan
tepat, justru dengan tangisan, senyuman dan geraman tersebut menunjukkan bahwa
bayi sudah bisa berkomunikasi dan berbahasa melalui ekspresi
muka, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonverbal lainnya.
Pada dasarnya manusia mulai dari lahir sudah
memiliki bahasa yang sumbernya berasal dari Tuhan yang dikenal dengan teori Tauqifi.
Teori tauqifi adalah teori yang meyatakan bahwa bahasa itu merupakan
pemberian dari Tuhan (Allah). Adapun Pemberian itu berupa potensi dan kemapuan yang perlu diasah
dan dikembangkan. Tanpa usaha tersebut potensi dan kemampuan tidak bisa
berkembang untuk diperformenkan atau ditampilkan. Bekal kodrati pemberian Allah
lah yang membuat manusia di manapun berada memakai strategi yang sama dalam memperoleh
bahasa.
Bayi yang
merupakan manusia kecil yang belum tahu apa- apa dengan mendapat bekal qadrati tersebut
sudah memperoleh dan memiliki bahasa yang berupa simbol- simbol atau
isyarat-isyarat yang diekspresikan ketika ia merasakan sesuatu atau menginginkan
sesuatu. Bahasa- bahasa yang dimiliki bayi menurut penulis masuk dalam kategori
bahasa emotif, yaitu bahasa yang diungkapkan untuk mewakili perasaan terdalam
dari diri manusia (didapat dari materi kuliah filsafat bahasa). Penulis
berpendapat demikian, karena seorang bayi yang belum tahu apa- apa, yang ia
tahu hanyalah apa yang ia rasa kemudian dituangkan dalam bentuk simbol- simbol
atau isyarat- isyarat, sehingga dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai bahasa
emotif. Fungsi ini penulis ambil dari salah satu fungsi bahasa menurut Titus,
Smith dan Nolan yaitu sebagai
fungsi emotif.
Bahasa emotif
pada bayi diperoleh sebelum ia dilahirkan di dunia ini. Bahasa emotif tersebut
masih berwujud simbol- simbol atau isyarat- isyarat yang berupa gerakan-
gerakan yang terjadi dan dirasakan pada ibu hamil. Dari artikel yang penulis
baca dikatakan bahwa bahasa emotif yang
berupa gerakan- gerakan pada bayi terlebih
dahulu diperoleh melalui proses “pemahaman atau understanding”. Yang
dihasilkan dari ritme musik atau lagu- lagu, tilawah al-Qur’an, bunyi- bunyi
dan lain sebagainya, yang sengaja ibu perdengarkan untuk sang janin ketika
janin memasuki usia 25 minggu. Pada fase terakhir kehamilan, sang janin sudah dapat
membedakan suara yang berbeda-beda. Dari sinilah awal proses belajar
pemerolehan bahasa pada bayi yang masih berada di dalam janin.
Pemerolehan bahasa emotif pada janin yang berupa isyarat-
isyarat gerakan yang dirasakan seorang ibu terjadi karena terdapat rangsangan
dari luar. Rangsangan- rangsangan tersebut langsung berpengaruh pada janin,
karena sifatnya yang peka dan sensitif. Secara
tidak langsung bahasa emotif yang ada pada janin terus berkembang sampai ia
lahir. Perkembangan tersebut seperti yang penulis contohkan di atas, yang
berupa simbol- simbol atau isyarat yaitu bayi akan menangis ketika membutuhkan
sesuatu seperti halnya merasa lapar, haus, takut dan bosan, akan tertawa dan tersenyum ketika merasa
terhibur. Selain itu, ia juga akan dapat menghubungkan suara dengan objek tertentu dengan gerak badan. Dan pada
tahap ini mereka sudah mulai bisa berkomunikasi
aktif dan dapat mengasosiasikan pola suara dengan suatu benda serta pola suara
dengan gerak tubuh.
Adapun perkembangan dan pemerolehan bahasa
emotif bayi dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Ketika usia 4–
7 bulan bayi mulai memakai ocehan- ocehan dan mengombinasikan beberapa huruf
hidup dan mati, misalnya ketika ia merasakan marah dan jengkel, ia akan
berteriak sambil menggerak- gerakkan sebagian anggota tubuhnya. Dan ketika ia
santai, ia akan mengeluarkan ocehan seperti nanana, mamama, papapa dan
sebagainya. Selain itu, ia juga sudah mulai merespon saat diajak berbicara
langsung dan semakin paham dengan berbagai nada suara seperti suara terkejut, senang, serius,
dan lainnya.
Bahasa emotif bayi akan selalu
berkembang dan diperoleh bayi dengan bertambahnya usia dan perhatian khusus
dari orang tua. Orang tua harus selalu melatih dan mengajarkan kata- kata yang
sesuai dengan tahapan atau fase sang bayi, karena sifat bayi yang masih sangat
sensitif dan suka meniru apa yang diajarkan dan ada di lingkungan sekitar.
Referensi:
Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010.
www. informasitips.com, diunduh kamis, 23 oktober 2014, Pukul 16.20.
Jasirah, Makalah Hasil Laporan Pengamatan Bahasa Anak, Ttt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar