Total Tayangan Halaman

Kamis, 21 Maret 2013

BAGAIMANA CARA UNTUK MENAMBAH ILMU YANG KITA MILIKI?

Seorang pelajar atau penuntut ilmu pastinya ingin sekali memperoleh ilmu sebanyak mungkin. Akan tetapi, terkadang mereka tak tahu bagaimana cara untuk mendapatkannya. Perlu diketahui, sebenarnya ada banyak sekali yang bisa dilakukan seorang pelajar atau penuntut ilmu agar ilmu mereka bertambah. Kali ini saya akan mencoba berbagi pengetahuan  dari hasil pemaparan Yai dalam pengajian rutin yang ada di pondok  saya, tentang bagaimana cara untuk menambah ilmu.
Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan seorang pelajar atau penuntut ilmu agar ilmu mereka bertambah:
  • Memperbanyak membaca
Tentu kalian semua sudah mengerti dan mengetahui bahwa membaca sangatlah penting bagi kita semua. Bahkan ayat al-qur’an yang pertama kali turun juga mengandung perintah membaca yakni di dalam QS. Al-‘Alaq :1-5 .
Jikalau ada seorang pelajar atau penuntut ilmu yang menginginkan ilmunya bertambah tanpa membaca, maka bagaikan mengharapkan matahari di malam hari. Maka untuk itu, kita sebagai pelajar atau penuntut ilmu hendaknya segeralah  merperbanyak membaca.  
  • Memperbanyak diskusi
Dengan berdiskusi, kita akan mendapatkan tambahan pengetahuan yang mungkin awalnya kita tidak mengetahuinya. Diskusi di sini sangatlah penting dalam menambah pengetahuan seseorang, karena dengan memperbanyak berdiskusi maka akan banyak pula solusi-solusi  yang kita dapatkan terhadap suatu pengetahuan.
Bahkan ada seorang tokoh ulama besar yang selalu berdiskusi  tentang segala hal untuk menambah pengetahuan dan wawasan beliau. Beliau adalah Imam Abu Hanifah.  Maka untuk itu, kita sebagai seorang pelajar dan penuntut ilmu apa salahnya jikalau memperbanyak diskusi. Seorang Imam Abu Hanifah yang seorang tokoh ulama besar berdiskusi, mengapa kita tidak?
  •  Memperbanyak bertanya sekaligus berfikir dengan akal yang sehat
Banyak orang yang sebenarnya memilki banyak pertanyaan akan tetapi terkadang merasa takut untuk menanyakannya. Justru untuk masalah yang seperti ini, harus kita hindari karena jikalau kita tak berani menanyakannya kitapun akan rugi yakni akan kehilangan banyak pengetahuan yang seharusnya kita dapatkan secara mudah. Adapun tokoh ulama yang sering bertanya sekaligus berfikir dengan akal sehat yaitu Imam Ibnu Abbas.
  • Hindari sifat sombong dan bakhil (pelit) dalam hal berbagi ilmu kepada orang lain
Dulu ketika Abu Yusuf (murid dari imam Abu Hanifah) ditanya, “kenapa ilmunya bisa bertambah?”... kemudian beliau Abu Yusuf menjawanb dengan jawaban “ janganlah sombong dan bakhil (pelit) untuk berbagi ilmu kepada orang lain.  Untuk itu hindarilah dari kedua sifat tersebut.
  • Jangan meniru budaya zaman dahulu yang kolot akan tetapi tirulah budaya dulu yang tangkas dan tegas sebagaimana budaya yang bisa membuatmu maju dan bisa berfikir kreatif dan inovatif.
  • Selalu mengucap syukur kepada Allah SWT. atas segala hal yang telah diberikan kepada kita. 
Itulah beberapa cara bagaimana untuk memperoleh ilmu agar ilmu tersebut bisa bertambah dan bermanfa'at. Demikianlah....
Selamat melaksanakan dan semoga bermanfa'at!!!


CATATAN KECIL TENTANG TELA’AH KURIKULUM



1.pengertian tela’ah kurikulum
Tela’ah adalah menganalisis, menyelidiki, mengkaji dan meneliti. Sedangkan  Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut dan evaluasi yang perlu pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengambangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu.
2. Alasan  kita perlu meganalisis atau menela’ah kurikulum
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu menganalisis atau menela’ah kurikulum, diantaranya adalah:
  •  Sebagai pekerjaan rutin atau tanggung jawab
  •  Informasi yang lebih lengkap
  • Untuk kepentingan pribadi dan lembaga
  •  Dan lain-lain

Sebelum kita melakukan analisis kurikulum, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui gambaran-gambaran tentang kurikulum. Adapun informasi yang diperlukan dalam tela’ah kurikulum adalah semua yang bersangkutan dengan kurikulum.

Dalam menela’ah kurikulum ada beberapa hal yang akan dinilai, yaitu penilaian terhadap tujuan, isi, strategi, media dan evaluasi.
Ada beberapa hal yang memudahkan kita dalam menganalisa, yaitu:
  1. Objektivitas yaitu informasi langsung
  2.  Kejelasan yaitu informasi yang mudah dipahami dan dimengerti serta tidak menimbulkan makna ganda
  3. Pembatasan ruang lingkup 
  4.  Keberadaan yaitu data yang mudah dan murah diperoleh 
  5.  Manfa’at.
Tambahan:
Telah kita ketahui bersama bahwasannya perubahan kurikulum dilakukan setiap10 tahun sekali. Adapun salah satu faktor penyebab perubahan kurikulum adalah kondisi siswa dan orang tua yang merasa keberatan terhadap kurikuLum tersebut.

Sabtu, 16 Maret 2013

MISTIK JAWA DALAM ISLAM KEBATINAN (ISLAM KEJAWEN)

I.         PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang menyeimbangkan antara aspek lahiriyah dan batiniyah. Nabi Muhammad SAW. diutus untuk menyampaikan risalah Islam. Beliau tidak pernah menunjukkan sikap-sikap yang lebih menekankan salah satu dari dua aspek tersebut. Selain islam mengajarkan umatnya untuk menyeimbangkan kedua aspek tersebut, islam juga menjadikan keduanya hal yang sama-sama penting dalam menjalani kehidupan dunia.
Sebagai aspek yang sama-sama penting dalam ajaran Islam, telah terjadi pergeseran ke arah formalisme dan legalisme serba lahir yang menimbulkan reaksi serba batin. Orang-orang yang lebih mementingkan aspek-aspek syari’ah, persoalan halal-haram, intelektualisme-rasional, materialisme, dan legalisme, mewakili golongan lahiriah. Sementara bagi orang-orang yang lebih mementingkan rasa-hati, dan nilai-nilai batin, masuk dalam golongan batiniah. Tasawuf atau sufisme, berawal dari gerakan batiniah tersebut. Gerakan ini berusaha mendekatkan diri kepada Allah Sang pencipta dengan memanfaatkan media-media yang serba batin dan rahasia tersebut. 
Sebelum Islam datang ke Indonesia, agama Islam telah mengalami perkembangan yang gemilang. Dalam bidang penalaran, umat Islam telah sanggup mewarisi dan memanfaatkan pemikiran dan falsafah Yunani, untuk memperkuat perkembangan ijtihad, baik dalam hukum Islam, ilmu kalam, falsafah dan sebagainya. Dalam mistik Islam atau tasawuf, umat islam juga telah berhasil mengembangkan penghayatan dan pengalaman mistik yang disesuaikan dengan ajaran Islam. Dalam makalah ini, akan sedikit mepaparkan tentang apa, bagaimana dan contoh praktek-praktek mistik dalam islam kebatinan.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian mistik dan islam kebatinan?
B.     Bagaimana mistik jawa dalam  islam kebatinan?
C.     Apa contoh ritual atau praktek-praktek yang bersifat mistik dalam islam kebatinan?
  
III.   PEMBAHASAN
A.   Pengertian  mistik dan islam kebatinan
Kata mistik berasal dari bahasa Greek (Yunani) “ Mysticos” yang artinya rahasia, serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman.[1] Sedangkan dalam bahasa Arab, Persia dan Turki, kata mistik itu bahasa yang utama dalam islam, yang berkaitan dengan istilah sufi. Kedua istilah itu memang tidak mengandung arti yang sama. Sebab istilah sufi memiliki konotasi  yang religius dan khas. Dan biasanya digunakan secara terbatas yakni  untuk menyebut mistik yang dianut oleh para pemeluk agama islam.[2] Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “mistik” artinya hal-hal gaib yang terjangkau oleh akal manusia, tetapi ada dan nyata.[3]
Bertitik tolak dari arti kata tersebut kemudian mistik berkembang menjadi sebuah paham, yaitu mistisisme (paham mistik). Mistisisme sebagai paham dapat dikatakan sebagai paham yang memberikan ajaran mistis, ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kelemahan. Ajaran-ajarannya hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama para penganutnya.[4] Van Haeringen barpendapat bahwa paham mistik itu pada dasarnya mengajarkan kepercayaan adanya kontak antara manusia bumi dengan Tuhan, persatuan mesra antara ruh manusia dan Tuhan. Ini berarti mistik mengajarkan kepada hal-hal yang rahasia dan hal-hal yang tersembunyi.
Sedangkan mistisisme menurut A.S.Hornby yaitu ajaran atau kepercayaan bahwa hakekat iman dan Tuhan dapat dicapai melalui meditasi atau pancaran spiritual, terlepas dari pikiran dan akal sehat.
Paham mistik ditinjau dari materi ajarannya terdiri dari dua macam paham, yaitu:
1.         Paham yang bersifat keagamaan, adalah mengajarkan tentang mistik yang berkaitan dengan Tuhan dan Ketuhanan-Nya, hubungan atau persatuan antar manusia dengan Tuhan.
2.         Paham non keagamaan, adalah tidak mengajarkan tentang pengertian Tuhan dan Ketuhanan-Nya. Paham ini lebih menekankan pada ajaran tentang sopan santun, akhlak atau etika. Selain itu juga mengajarkan tentang pengobatan dengan gaya-gaya ghaib, peramalan nasib atau pernujuman, kekebalan atau kesaktian.[5]
Sedangkan kata kebatinan berasal dari bahasa Arab “ba-tin” yang artinya di dalam, bagian dalam. Dalam bahasa Indonesia mendapat imbuhan ke – an, jadi kebatinan, artinya bagian yang tertutup yang berada  di dalam.[6]  Ditinjau dari makna, kebatinan mempunyai bermacam-macam pengertian, yaitu:
1.      Di dalam “Ensiklopedia Umum”
Kebatinan ialah sumber asas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup.
2.      Di dalam buku ‘Ensiklopedia Pendidikan” karya Prof. DR. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap,
Kebatinan adalah sumber rasa dan kemauan untuk mencapai kebenaran, kenyataan, kesempurnaan, dan kebahagiaan.[7]
Maka dari itu, islam kebatinan adalah islam yang bersifat dan yang menonjolkan aspek-aspek batiniyah.

B.  Mistik jawa dalam islam kebatinan
Pengertian mistik jawa lebih dikenal dengan kebatinan, atau kebatinan jawa. Mistik jawa merupakan sikap hidup keagamaan orang jawa, karena kenyataannya mistik jawa dalam praktek kehidupan sehari-hari menjadi semacam agama orang jawa yang bersifat mistik. Adapun mistik jawa dalam islam kebatinan yaitu mistik yang dilakukan seseorang untuk bisa berhubungan dan berkomunikasi dengan Allah SWT. yang dilakukan dengan cara tertentu sesuai dengan tradisi jawa dan syari’at islam yang tujuan utamanya adalah bisa berkomunikasi dan mencapai maqam tertentu di sisi Allah SWT.
Lahirnya pustaka islam kejawen atau islam kebatinan membawa dampak yang cukup besar bagi perkembangan keagamaan masyarakat jawa. Ajaran tasawuf mendapat perhatian yang cukup besar di kalangan masyarakat Jawa. Pustaka jawa yang merupakan cermin pengolahan jawa atas mistik yang datangnya dari luar, baik itu Hindu-Budha atau Islam semua mengajarkan kesatuan hamba dengan Tuhan.
Mistik jawa dalam islam kebatinan terlihat dalam sikap hidup orang jawa yang menekankan pada hidup batin, seperti: sikap rela, narima, legawa, waspada, sabar, eling, dan seterusnya. Sikap hidup tersebut hampir diajarkan oleh semua aliran kebatinan. Selain itu juga, terdapat paham kesatuan kawula-Gusti (wahdatul wujud) yang merupakan pengaruh ajaran mistik islam yang hampir semua aliran kebatinan mengajarkannya.
Kebatinan atau kejawen merupakan salah satu varian dari agama islam yang ada di Jawa, kebatinan merupakan sinkretis antar unsur-unsur pribumi jawa, Hindu-Budha dan Islam. Ritus mistik orang jawa adalah slametan, suatu perjamuan sederhana, semua tetangga harus diundang dan keselarasan diantara para tetangga dengan alam raya dipulihkan kembali. Slametan merupakan nilai sakral bagi masyarakat Jawa, dilakukan sejak menyambut kelahiran bayi, khitanan, pernikahan sampai orang meninggal. Slametan yang pada masa pra-islam banyak menggunakan tradisi mistis mitologis Hindu-Budha dengan berbagai macam sesaji, setelah islam datang, banyak cukup dengan do’a-do’a yang dipanjatkan seorang rais (modin) dan bacaan-bacaan ayat al-Qur’an dianggap telah syah.[8]

C.  Contoh ritual atau praktek-praktek yang bersifat mistik dalam islam kebatinan
Mistik jawa dalam islam kebatinan menganjurkan laku spiritual untuk mencapai maksud, tujuan atau cita-cita. Menurut Ranggawarsita ada beberapa ritual atau praktek-praktek untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Tapa atau semedi
Adalah penarikan diri sementara dari minat kepada dunia lahir, yang caranya adalah duduk lurus berdiam diri mutlak dan mengosongkan diri dari semua isi dunia sejauh mungkin.[9] Dalam bertapa mempunyai beberapa makna, yaitu:
a.       Laku prihatin. Ciri laku spiritual ini adalah menikmati yang tidak enak dan tidak menikmati yang enak, gembira dalam keprihatinan. Diharapkan setelah menjalani spiritual ini, tidak akan pernah tergoda dengan daya tarik dunia dan terbentuk pandangan spiritual yang transenden. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa bertapa bertujuan untuk penyucian batin dan mencapai kesempurnaan ruh.
b.      Bertapa sebagai sarana penguatan batin. Dalam hal ini bertapa merupakan bentuk latihan untuk menguatkan batin. Batin akan menjadi kuat setelah adanya pengekangan nafsu dunia secara konsisten dan terarah. Tujuannya adalah untuk mendapat kesaktian, mampu berkomunikasi dengan yang ghaib-ghaib. Intrpretasi pertama dan kedua di atas acapkali berada dalam satu pemaknaan saja. Hal ini karena pandangan mistik yang menjiwainya, dan berlaku umum dalam dunia tasawuf. Jalan mistik sebagaiman lahir dalam bentuk tasawuf adalah salah satu jalan di mana manusia berusaha mematikan hawa nafsunya di dalam rangka supaya lahir kembali di dalam Illahi dan oleh karenanya mengalami persatuan dengan Yang Benar.
c.       Bertapa sebagai ibadah. Bagi Ranggawarsita yang menjalankan syari’at islam, puasa seperti ini dijalankan dalam hukum-hukum fiqihnya. Islam yang disadari adalah islam dalam bentuk syari’at, dan kebanyakan hidup di daerah santri dan kauman.[10]
Dari penjelasan makna tapa atau semedi di atas, ada beberapa jenis atau macam dari tapa atau semedi, diantaranya yaitu:
a)      Tapa ngeli, yaitu bertapa dengan menghanyutkan diri di air. Tujuannya untuk meraih maqom tertentu.
b)      Tapa ngrame, yaitu bertapa dengan siap berkorban atau menolong siapa saja dan kapan saja. Tujuannya adalah menegakkan kebenaran dan kedilan dan beramal sosial.
c)      Tapa mendem, yaitu bertapa dengan menyembunyikan diri di dalam tanah seperti mayat. Tujuannya adalah untuk menghayati mati sajroning urip.
d)     Tapa kungkum, yaitu bertapa dengan menenggelamkan diri dalam air sebatas leher di sungai atau danau tertentu. Tujuannya untuk meraih maqom rohani tertentu.
e)      Tapa gantung, yaitu bertapa dengan menggantung di pohon seperti kera. Tujuannya untuk meraih maqom rohani tertentu.[11]
2.      Pasa
Menurut Ranggawarsita kata “ pasa” hampir dapat dipertukarkan dengan kata tapa, karena pelaksanaan tapa selalu  dibarengi dengan pasa. Adapun pasa adalah
Menahan diri dari rasa lapar dan haus serta berprilaku prihatin.
Dalam pemaknaan pasa dalam masyarakat jawa tidak jauh berbeda dengan pemaknaan tapa, yaitu Puasa sebagai simbol keprihatinan dan praktek asketik, puasa sebagai sarana penguat batin dan puasa sebagai ibadah.

Adapun macam-macam pasa adalah sebagai berikut:[12]
a.       Pasa ramadhan, yaitu puasa wajib dalam bulan ramadhan. Tujuannya untuk memebersihkan diri dari dosa dan mencapai derajat taqwa.
b.      Pasa ngerawat, yaitu berpuasa hanya makan sayur selama 7 hari 7 malam. Tujuannya agar rohani kita kuat Dan punya kekuatan magis.
c.       Pasa pati geni, yaitu berpuasa dengan berpantang makan-makanan yang dimasak memakai api atau geni selama sehari-semalam. Tujuannya untuk meraih maqom rohani tertentu.
d.      Pasa ngebleng, yaitu berpuasa dengan tidak makan dan tidak tidur selama 3 hari 3 malam. Tujuannya untuk meraih maqom rohani tertentu.
e.       Pasa mutih, yaitu berpuasa dengan hanya makan nasi selama 7 hari berturut-turut. Tujuannya untuk meraih maqom rohani tertentu.

IV.             ANALISIS
Mistik merupakan sesuatu yang ghaib yang sulit diterima oleh akal logika tapi ada dan nyata. Seseorang melakukan mistik pastinya memiliki tujuan untuk mencapai maqam tertentu dan berkomunikasi dengan Tuhan dan sesuatu yang ghaib. Dalam masyarakat Jawa, mistik telah menjadi suatu cerminan dalam hidup. De jong mengatakan bahwa Mistik merupakan salah satu bentuk, bahkan visi dasar dari javanisme.[13] Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa mistik merupakan suatu bentuk tujuan yang perlu dilaksanakan oleh masyarakat jawa dan tradisi yang perlu dilestarikan karena merupakan warisan dari leluhur nenek moyang. Mistik identik dengan kebatinan atau sesuatu yang bersifat batin (yang ada di dalam).
Mistik jawa dalam islam kebatinan bisa ditunjukkan seseorang lewat  prilaku spiritualitas ruhaniyah yang bertujuan berkomunikasi dan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Prilaku spiritual yang biasa dilakukan orang jawa misalnya semedi atau tapa, puasa dan lain sebagainya yang semuanya itu dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu untuk menempati maqam tertentu di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

V.                KESIMPULAN
Mistik adalah hal-hal gaib yang terjangkau oleh akal manusia, tetapi ada dan nyata. Dari mistik muncullah mistisisme, yaitu paham yang memberikan ajaran mistis, ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kelemahan. Sedangkan islam kebatinan yaitu islam yang bersifat dan yang menonjolkan aspek-aspek bathiniyah.
Adapun mistik jawa dalam islam kebatinan yaitu mistik yang dilakukan seseorang untuk bisa berhubungan dan berkomunikasi dengan Allah SWT. yang dilakukan dengan cara tertentu sesuai dengan tradisi jawa dan syari’at Islam  yang tujuan utamanya adalah bisa berkomunikasi dan mencapai maqam tertentu di sisi Allah SWT.
Laku spiritual untuk mencapai maksud, tujuan atau cita-cita, menurut Ranggawarsita ada beberapa ritual atau praktek-praktek untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya adalah tapa atau semedi dan pasa.

VI.             PENUTUP
Demikian apa yang dapat disajikan oleh penulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Tentu masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah yang singkat ini, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Geertz, Clifford,  Abangan, Santri, Priyayi: Dalam masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin, cet. 2 , Jakarta: Pustaka Jaya, 1983.

Hariwijaya,  M., Islam Kejawen, Yogjakarta: Gelombang pasang, 2006.

Jaiz, Amin,  Masalah Mistik, Tasawuf dan Kebatinan, Bandung: Al- Ma’arif, 1980.
Khalim,  Samidi, Islam & Spiritualitas Jawa, Semarang: RaSAIL, 2008.
Nicholson, Reynold A.,  Mistik Dalam Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Nursam, M., Membuka Pintu bagi Masa Depan Biografi Sartono Kartodirdjo, Jakarta: PT. Kompas Nusantara, 2008.

Payamani, Ma’ruf Al,  Islam dan Kebatinan, Solo: CV. Ramadhani,1992.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Rasjidi,  M.,  Islam dan Kebatinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.